Sunday, April 20, 2025

Bulan Juli Tahun 1999

 

Tahun ini adalah tahun yang sangat berarti bagiku. Terjadi banyak kejadian ada yang senang juga ada yang sedih. Setahun yang lalu aku baru saja lulus SD. Nilaiku bagus sehingga aku dengan mudah diterima di SMP yang aku inginkan. Dari dulu aku ingin sekolah di SMP yang dekat saja sehingga kalau berangkat tidak perlu bangun pagi-pagi. Sebenarnya aku sedih karena lulus SD. Aku sebenarnya tidak mau perpisah dengan sekolahku, teman-temanku juga guru-guruku. Waktu pengumuman kelulusan dulu aku malah menangis.

Beberapa bulan kemarin bapakku sakit beberapa hari kemudian meninggal. Sebelumnya aku tidak menduga kalau bapakku akan meninggal. Beberapa kali bapakku sakit bahkan sampai lebih dari sebulan tapi tidak meninggal. Aku sebenarnya juga tidak tau bapakku sakit apa. Katanya sakit perut tapi aku tidak tau juga jelasnya. Aku sebenarnya tidak merasa sedih ketika bapakku meninggal. Waktu itu aku merasa biasa saja. Aku cuma merasa aneh karena orang-orang disekitarku tiba-tiba tidak seperti biasanya. Aku merasa diperlakukan aneh oleh saudara-saudaraku juga tetanggaku. Entah kenapa meraka tiba-tiba jadi sayang kepadaku padahal aku tidak ingin disayang-sayang. Tiap berangkat ke sekolah tetangga-tetangga jadi lebih sering menyapaku daripada biasanya. Aku juga sering dikasih uang sama mereka. Aku sungguh bingung dan tidak tau apa yang sebenarnya terjadi.

Seminggu yang lalu aku menerima raport. Aku naik kelas dua SMP. Aku dapat rangking dua. Sebenarnya prestasiku sangat bagus karena aku ada di kelas A. Rangking dua di kelasku sama saja rangking dua secara peralel untuk lima kelas karena kelas satunya ada lima. Tapi aku juga tidak terlalu senang. Aku merasa biasa-biasa saja karena aku juga tidak terlalu menginginkan dapat rangking yang bagus. Aku belajarnya juga sekadarnya saja tidak terlalu rajin.

Hari ini aku berangkat ke sekolah karena ada pembagian kelas. Seperti biasanya jika besok senin hari pertama sekolah hari sabtu sebelumnya pembagian kelas. Aku berangkat sendiri naik sepeda. Aku begitu semangat mau melihat kelasku yang baru karena senin besoknya aku tidak akan berangkat sekolah. Besok minggu malam senin aku mau disunat. Memang waktunya agak aneh karena kalau mau, dua minggu sudah aku libur. Tapi karena sudah dicarikan hari yang baik, maka sunatnya baru besok malam. Ibuku tidak berani untuk tidak mengikuti harinya itu karena selain untuk menghormati yang mencarikan hari juga karena waktunya berdekatan dengan meninggalnya bapakku. Sebagai anak kecil aku hanya bisa mengikutinya saja. Menurut perkiraanku aku butuh tidak masuk sekolah selama tiga hari. Jika semua lancar harusnya hari kamis aku sudah bisa berangkat sekolah.

Sesudah magrib tadi, aku bersiap-siap berangkat. Aku memakai sarung dan baju lengan panjang. Aku juga pertama kali memakai sarung sambil memakai celana dalam. Biasanya aku tidak pernah memakai celana dalam. Jika memakai sarung biasanya aku memakai celana pendek didalam. Sebelum berangkat aku disuruh sholat dulu. Aku kemudian disuruh pamitan ke ibuku. Aku merasa melakukan ritual yang agak aneh karena aku jarang melakukannya kecuali kalau mau pergi jauh. Lagi pula aku merasa ibuku pasti sudah tau karena rencana mau sunat juga sudah direncanakan jauh-jauh hari.

Aku diantar naik mobil vw combi milik saudaraku. Mobil berwarna putih itu sudah biasa aku naiki jika pergi bersama saudara-saudaraku. Aku duduk di depan. Aku diantar banyak orang yang duduk dibelakang tapi aku tidak memperhatikan mereka siapa saja. Tempat yang aku tuju aku juga sudah tau. Beberapa hari yang lalu aku sudah diajak kesana sama ibuku. Jaraknya dari rumahku juga tidak terlalu jauh. Jika naik mobil pribadi kurang dari setengah jam sudah sampai.

Sampai disana ternyata ramai sekali. Mungkin satu anak diantar lebih dari 10 orang. Aku kemudian disuruh masuk sendirian ke ruangan pertama. Ruangan pertama tersebut sudah aku kenal karena beberapa waktu lalu waktu kesini bersama ibuku, aku masuk di ruangan itu. Diruangan pertama terdapat meja dan tempat tidur yang tinggi. Diatas tempat tidur terdapat lampu yang sangat terang. Mungkin disini tempatnya anak-anak disunat. Setelah memasuki ruang pertama aku masuk keruang kedua. Diruang tersebut ada dua anak yang mau disunat juga. Keduanya masih kecil-kecil mungkin baru kelas tiga atau empat. Diruang itu juga terdapat anak laki-laki dan perempuan yang masih kecil. Kemungkinan dua anak itu anaknya yang punya rumah. Disitu juga terdapat televisi dan juga mainan sejenis nitendo atau apa aku tidak paham. Anaknya punya rumah tampak sedang bermain disitu. Satu persatu anak yang mau disunat itu disuruh masuk ke ruang ketiga untuk disuntik. Waktu anak yang kedua masuk, aku mendengar anak itu berteriak kesakitan. Memang kata temanku yang sudah disunat disuntiknya memang lebih sakit daripada disunatnya. Waktu keluar anak tersebut terlihat terisak-isak.

Giliran ketiga aku disuruh masuk ke dalam ruang ketiga. Diruang ketiga terdapat tempat tidur yang rendah. Aku kemudian disuruh tidur disitu. Posisi tidurku kepala berada di jauh pintu sedangkan kaki mengarah ke pintu yang menuju ruang kedua. Sarungku tidak dilepas tetapi celana dalamku disuruh lepas. Celana dalamku kemudian aku kantongi. Kedua kakiku disuruh mekangkang. Pintu tidak ditutup sehingga kemaluan bisa dilihat dari ruang kedua. Sebenarnya aku merasa malu tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku disuruh menutupi mukaku dengan sarung yang aku pakai. Mungkin maksudnya biar tidak melihat jarum suntiknya. Mungkin banyak anak yang takut jarum suntik. Karena mataku tertutup sarung aku jadi tidak bisa melihat apa-apa. Pikirku anak-anak yang berada di ruang kedua pasti pada melihat kemaluanku karena pintunya tidak ditutup dan posisi kakiku menghadap pintu. Aku mulai siap-siap untuk disuntik. Aku yakin aku tidak akan menangis seperti anak yang sebelumku. Lagi pula aku malu kalau sampai menangis karena aku sudah besar sendiri. Ternyata orang yang mau menyuntik justru tidak jadi. Dia terkejut dengan bentuk kemaluanku yang aneh. Katanya kemaluanku mirip ulo demung yang artinya ular kobra jika dibahasa indonesiakan. Aku sangat kebingungan karena memang aku tidak pernah melihat kemaluan teman seusiaku. Sejak kecil aku memang tidak seperti anak-anak biasanya. Jika anak-anak yang lain suka pipis sembarangan, aku tidak pernah melakukannya. Jika pipis aku selalu di kamar mandi dan sambil jongkok. Aku juga tidak mau melihat kemaluan teman-temanku karena katanya dosa. Setahuku kemaluan yang normal ya seperti itu karena aku hanya pernah melihat punyaku sendiri saja. 

Orang yang mau menyuntikku kemudian keluar. Dia meninggalkanku cukup lama. Aku dengar anak-anak yang lain ada yang masuk ke ruang ketiga. Mereka terdengar berbisik-bisik membicarakan sesuatu. Aku yakin mereka sedang membicarakan kemaluanku. Aku sempat berpikiran untuk menutupi kembali kemaluanku dengan sarung yang aku kenakan tapi aku takut karena tidak ada perintah dari orang yang mau menyuntikku tadi. Aku terus menutupi mukaku tengan sarung sehingga bagian perut kebawah terbuka. Aku berusaha menerawang dari balik kain sarung tetapi kain sarungnya terlalu tebal dan aku gagal melihat keadaan sekitar.

Setelah beberapa saat orang yang mau menyuntikku datang bersama orang yang lain. Aku disuruh buka muka karena mau ditanya. Kemaluanku ditarik keatas ujungnya kemudian ditunjukkan kalau lubangnya ada dua. Sejak dulu aku sudah tau kalau di kemaluanku ada dua lubang tetapi aku tidak tau yang bagian pangkal lubang itu buat apa. Aku berpikir mungkin sunatnya harus ditunda, mungkin juga kemaluanku memang tidak memungkinkan untuk disunat disini. Bisa jadi aku harus sunat di rumah sakit yang punya peralatan yang canggih, atau mungkin harus dioperasi juga untuk menutup lubangnya yang satu atau entah gimana. Aku berpikir bagaimana jadinya jika aku benar-benar tidak jadi disunat. Sejak kemarin rumahku sudah didatangi saudara-saudaraku. Mereka sudah memasak banyak makanan yang mungkin sudah dibagikan juga ke saudaraku baut selamatan. Jika malam ini aku tidak jadi disunat pasti semuanya akan sia-sia. Jika besoknya aku mau disunat lagi pasti juga akan keluar biaya dua kali. Belum lagi orang-orang pasti pada bertanya kenapa kok aku jadi batal disunat. Pertanyaan seperti itu bisa membuat bentuk kemalauanku tidak normal bisa menyebar ke mana-mana. 

Mataku mulai berkaca-kaca. Lubang yang bagian pangkal kemaluanku ditusuk-tusuk. Mungkin karena mau melihat lubang tersebut tembus atau tidak. Aku juga ditanya kalau pipis lewatnya lubang yang mana. Sambil menangis aku menjawab jika pipis lewat lubang yang ujung. Orang yang satu kelihatan tidak percaya. Aku menawarkan kalau mau dicoba pipis tapi tidak jadi dicoba. Setelah berdiskusi lama akhrinya aku jadi disuntik. Aku disuruh menutup muka kembali dengan sarung. Tak lama kemudian aku merasakan jarum suntik beberapa kali menembus pangkal kemaluanku bagian atas. Selang beberapa waktu jarum suntik kembali menembus pangkal kemaluanku, kali ini ganti bagian bawah. Aku sedikit lega karena rencana sunatku tidak gagal. Aku kemudian merapikan kembali sarung yang aku pakai. Celana dalam tidak aku pakai lagi tapi cuma aku kantongi. Aku pun kembali ke ruangan kedua.

Sempai diruangan kedua aku jadi tertawaan anak-anak yang lain karena belum disuntik sudah nangis duluan padahal aku anak yang paling besar. Sebenarnya aku nangis bukan karena takut disuntik tapi karena sedih. Aku hanya diam dan tidak menaggapi perkataan anak-anak yang lain. Diruangan tersebut aku hanya duduk sambil menunduk karena tidak berani melihat kemana-mana.

Setelah menunggu beberapa saat akhirnya aku dipanggil untuk menuju ke ruangan pertama. Dua anaknya yang punya rumah mau ikut melihat, tetapi yang perempuan tidak diperbolehkan ikut melihat. Sampai disitu aku lalu naik ke tempat tidur yang tinggi. Kepalaku berada di dekat meja sedangkan kaki dekat jendela. Anak yang ikut masuk tadi begitu antusias mau melihat. Dia naik ke tempat tidur dan melompatiku. Dia duduk diatas tempat tidur mepet tembok hingga kepalanya hampir membentur lampu. Salah satu orang yang ada disitu keluar untuk memanggil orang tuaku. Karena aku tidak ditemani orang tuaku akhirnya salah satu kakak iparku yang masuk. Sarungku kemudian dibuka. Aku sudah tidak pakai celana dalam lagi, sehingga kemaluanku kelihatan. Katanya kemaluanku sangat bersih tidak seperti anak-anak yang lain. Kulit bagian ujungnya juga mudah dibuka dan tidak lengket.  Anaknya yang punya rumah yang ikut melihat diminta untuk melepas celananya sebagai perbandingan. Ternyata benar kemaluanku bentuknya beda sama punya dia. Bagian ujung kemaluanku agak membengkok dan lubang diujungnya agak kebawah. Bagian pangkalnya juga beda, karena punyaku tidak nempel keatas melainkan agak turun ke bawah. Bagian bawah pangkalnya ada selaputnya yang terhubung sama kantong telurnya, dan tentunya lubang di bagian pangkal bawah tidak ditemukan di kemaluan anak itu.

Kakiku kemudian dilebarkan sedikit untuk memperoleh posisi yang nyaman. Kulit kemaluanku mulai dipotong. Aku memang tidak merasa sakit karena sudah disuntik bius lokal. Yang aku rasakan hanya geli-geli sedikit saja. Katanya burungku dirapikan agar jadi bagus. Mungkin bapak yang menyunat cuma bercanda saja, tapi bisa juga memang beneran. Setelah dipotong bagian bawahnya juga dijahit. Katanya agak susah tidak seperti anak yang lainnya karena bagian bawah ujung kemaluanku bentuknya agak terbelah. Setelah selesai ujung kemaluanku diperban melingkar. Katanya perbannya juga susah karena posisi lubang yang untuk pipis tidak berada diujung melainkan di bagian bawah ujung yang terbelah. Jika tidak hati-hati katanya nanti aku jadi tidak bisa pipis karena lubangnya tertutup perban. Dia juga cerita katanya aku beruntung karena disunat orang yang sudah berpengalaman. Setelah selesai diperban aku memakai celana dalam lagi. Ternyata bapak yang menyunatku lucu juga. Ketika mau pulang peciku dimiringkan sedikit katanya biar seperti pak Habibie. Dia juga menertawakan caraku berjalan.

Aku keluar ruangan pertama kemudian berjalan menuju mobil. Sampai dimobil aku duduk di depan lagi. Mobil mulai bergerak pulang. Dalam perjalanan pulang aku tidak banyak bicara. Aku cuma satu kali bicara ketika kakak iparku bertanya tentang bentuk kemaluanku tadi. Aku menjawabnya dengan nada tinggi dan akhirnya kakak iparku menghentikan pembicaraanya. Untung saja tidak sampai memancing pembicaran orang orang yang lain. Disatu sisi aku merasa lega karena aku sudah berhasil disunat tapi di sisi lain aku jadi punya pikiran macam macam tentang nasibku ke depan.

Tak terasa mobil sudah sampai di jalan depan rumahku. Memang mobil tidak memungkinkan masuk gang dan sampai depan rumah. Ibuku ternyata ikut menjemput ke mobil dan menawarkan naik becak kalau misal tidak kuat. Aku menolak karena aku masih bisa jalan sendiri. Aku kemudian menuju ke kamar paling depan. Aku tidur disitu. Sebelum aku tidur banyak orang yang menjengukku ke kamar. Malam itu aku benar benar susah tidur. Aku bukan susah tidur karena rasa sakit habis disunat. Aku jadi berpikiran kalau kejadian beberapa jam lalu mungin bisa berefek sampai berpuluh puluhtahun ke depan.




[fiksi] Batal Sunat

Hari ini aku bangun agak siang. Seperti biasa aku mandi. Kali ini aku mandi sendirian karena anak-anak yang lain sudah pada berangkat sekolah. Kamar mandinya terasa lega. Biasanya kalau masuk sekolah mandinya bersama-sama kadang empat orang kadang sampai delapan anak. Di panti asuhan tempatku tinggal kamar mandinya tidak bersekat-sekat seperti biasanya. Kamar mandinya berupa ruangan panjang dan ditengahnya ada bak mandinya yang diisi air dan bentuknya memanjang juga. Jika sedang mandi anak-anak telanjang semua. Karena sudah terbiasa anak-anak di sini tidak merasa malu. Aku jadi tau tititnya semua anak disini. Bahkan tititnya Kak Andre yang sudah SMA aku tau juga.

Selesai mandi aku berlari ke depan mengambil handuk yang masih dijemuran karena tadi malam lupa diambil. Ambilnya harus cepat-cepat. Tititku juga harus dipegangi biar tidak kelihatan orang lewat. Panti asuhan tempatku tinggal tidak ada pagarnya dan depannya juga jalan yang ramai. Sebenarnya aku tidak benar benar malu tapi cuma pura pura saja.

Aku masuk dan memakai baju dan sarung yang sudah dikasih dari panitia festifal khitan. Bajunya ternyata kekecilan. Maklum aku adalah peserta yang paling besar. Aku sekarang sudah kelas 1 SMP dan sebentar lagi naik kelas. Celana dalamnya kekecilan parah dan tidak muat aku pakai. Untung saja sarungnya muat. Aku mencoba memakai sarung tanpa pakai celana. Aku jadi kepikiran gimana kalau tititku kelihatan pas disuruh lepas sarung. Gimana kalau aku pinjam celana dalamnya Kak Andre. Tapi dia sudah berangkat sekolah. Tapi kenapa harus malu kan nantinya tititku dibuka juga. Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku mantap tidak pakai celana dalam.

Aku berangkat ke kantor kecamatan ditemani bapak pengasuhku. Walaupun cuma dekat tapi naik mobil. Sampai disana ramai sekali. Lapangan sebelah kantor kecamatan dikasih tenda memanjang sebelah timurnya. Terlihat juga banyak anak-anak berseragam putih merah berada di situ. Memang hari ini hari senin dan minggu kemarin selesai ulangan semester. Anak-anak dari dua SD sebelah pasti tidak ada pelajaran. Mereka pasti pada penasaran ingin melihat festival khitan yang hanya satu tahun sekali.

Setelah mendaftar dan dikasih nomor urut aku duduk menunggu. Tepat jam 9 acara dimulai. Dari 35 peserta yang berasal dari panti asuhan di seluruh kotaku tinggal, peserta di bagi jadi lima kelompok berdasarkan umur. Karena aku peserta paling tua tentu saja aku masuk kelompok 5. Di awal acara ada pengumuman agar anak-anak SD perempuan yang dibawah kelas 4 diminta menulis nama di sebuah kertas katanya nanti mau dipilih lima anak yang jadi juri. Aku tidak tau maksudnya karena baru kali ini melihat ada festival khitan.

Ternyata benar seperti ceritanya Kak Andre. Satu kelompok yang berisi 7 anak disuruh telanjang. Kemudian undian anak perempuan diambil satu. Anak perempuan itu kemudian diminta memilih anak yang punya titit paling besar. Anak yang punya titit paling besar kemudian diberi hadiah. Sampai kelompok ke 4 tititnya anak-anak semua normal normal saja.

Sekarang sampai ke kelompok ke 5 yang aku masuk di dalamnya. Setelah melepas semua pakaian aku naik ke atas panggung bersama anak-anak yang lain. Aku pura-pura malu. Tititku aku tutupi pakai tangan. Setelah diminta membuka, aku baru membukanya. Orang orang yang melihat pada tertawa. Tititku memang tidak seperti punya anak-anak lainnya. Ukurannya sangat kecil dan tidak ada telurnya dua. Badanku yang gendut membuat aku seperti tidak punya titit karena ambles dan yang muncul ujungnya sedikit. Aku jelas tidak menerima hadiah. Jika dibandingkan anak-anak kelompok 1 pun tititku masih lebih kecil. Turun dari panggung, tititku aku tutupi lagi pakai tangan. Aku kemudian duduk untuk menunggu giliran. 

Aku terkejut karena aku dipanggil duluan padahal aku dapat nomor urut 13. Panggilan kedua baru peserta urutan 1. Lebih terkejut lagi karena panitia mengulangi panggilan untuk pengasuh yang mendampingiku. Aku kepanitia bersama anak urutan 1. Aku mulai merasa ada yang aneh. Anak yang lain diarahkan untuk naik ke atas tempat tidur sedangkan aku tidak padahal tempat tidurnya ada banyak. Aku justru disuruh berdiri di atas kursi. Tanganku yang tadinya menutupi tititku disuruh taruh dibelakang. Aku mulai dikerumuni banyak orang termasuk anak-anak SD. Bapak dokter datang dengan terburu-buru. Dia kemudian mulai memeriksa tititku. Ujungnya ditarik-tarik sampai aku merasa sakit. Bagian bawahnya juga diraba raba mungkin mau mencari telurnya. Dokter itu kemudian mencari pengasuhku dan mengajaknya pergi. Aku ditinggalkan begitu saja. Semakin lama semakin banyak orang yang mengerumuniku. Aku tidak berani merubah posisi tanganku apalagi turun dari kursi. Aku sedih karena tititku jadi tontonan. Aku mulai meneteskan air mata tapi aku tidak mau menangis. Melihat aku mau menangis, salah seorang bapak-bapak menyuruhku turun dan membubarkan kerumunan orang. Aku segera duduk sambil menyilangkan kakiku biar tititku tidak kelihatan.

Setelah lama ditunggu-tunggu pengasuhku datang bersama seorang panitia. Katanya aku tidak jadi disunat karena tititnya terlalu kecil. Aku disuruh pakai baju lagi dan pulang. Mendengar berita itu aku hanya bisa menangis.

Aku menolak memakai pakaian. Aku sudah tidak peduli lagi jadi tontonan anak-anak SD. Sambil menangis aku menuju mobil yang diparkir dekat jalan. Sepanjang perjalanan aku hanya diam. Aku merasa sedih karena aku tidak seperti anak-anak yang lain. Ketika lahir ibuku meninggal sehingga aku tidak pernah melihat ibuku. Aku diasuh ibu tiriku. Ibu tiriku sering memarahiku terlebih ketika aku sudah punya adik. Jika melakukan kesalahan aku sering dikunci di dalam kamar mandi. Ayahku sebenarnya sangat menyayangiku, tapi dia selalu pergi bekerja sehingga jarang menemaniku. Tapi sayang dia meninggal ketika aku kelas 4 SD. Aku masih ingat kejadian malam itu. Waktu itu aku pulang piknik. Dalam perjalanan pulang entah kenapa aku tidak sengaja menumpahkan sayur di jok belakang mobil hingga mengenai adik perempuanku yang saat itu masih TK kecil. Ibu tiriku marah sehingga aku disuruh keluar mobil dan masuk ke dalam bagasi. Baru beberapa saat berjalan aku mendengar dentuman yang sangat keras. Tubuhku terjepit hingga kakiku patah tulang. Aku sebenarnya saat itu pingsan dan baru sadar waktu di rumah sakit. Karena luka yang cukup parah aku berbulan bulan dirawat di rumah sakit. Sebegitu lamanya hingga aku tidak naik kelas dan mengulang kelas 4 lagi. Waktu aku sudah sembuh aku baru tau jika malam itu mobil yang dikemudikan ayahku kecelakaan. Aku baru tau juga kalau ayahku meninggal beserta adikku juga ibu tiriku.

Sejak kejadian itu aku tinggal di panti asuhan. Di panti asuhan aku selalu diejek anak-anak yang lain. Katanya aku banci karena tititku kecil dan tidak bisa pipis sambil berdiri. Setiap kali mandi aku selalu diintip oleh anak-anak yang lain. Aku hanya beberapa minggu di situ sebelum dipindahkan ke panti asuhan yang lain. Di panti asuhan kedua kondisinya lebih buruk. Selain diejek banci aku juga sering ditelanjangi anak-anak yang lebih besar. Biasanya tanganku dipegangi kemudian celanaku dilepas paksa. Kalau sudah berhasil aku dibawa ke panti sebelah yang penghuninya anak perempuan. Yang paling parah aku pernah ditelanjangi waktu sedang tidur dan tititku dikasih balsem. Aku berakhir tinggal di situ ketika aku nekat kabur. Aku dibawa ke kantor polisi ketika ditemukan pingsan di depan sebuah toko. Sejak itu aku tinggal di panti asuhan yang sekarang.

Waktu awal-awal tinggal aku diajari pengasuhku agar percaya diri dan tidak malu. Aku diajari mandi bersama-sama dengan anak yang lain. Awalnya aku malu tapi setelah terbiasa asyik juga. Anak-anak yang lain jadi tidak penasaran dengan titiku. Aku jadi bisa melihat tititnya anak-anak yang lain juga. Aku juga diajari pipis sambil berdiri biar seperti anak-anak yang lain. Di depan panti ada selokan. Anak-anak yang masih kecil biasanya pipis disitu. Sejak bisa pipis sambil berdiri aku jadi suka ikutan pipis di situ walaupun aku sudah besar. Sore hari kadang anak-anak yang masih kecil bermain air sambil telanjang di depan panti. Aku sering ikutan main sambil telanjang juga seperti anak kecil. Pengasuhku juga tidak pernah melarang.

Tak terasa aku sudah sampai di panti asuhan yang jadi tempat tinggalku sekarang. Kondisinya masih sepi karena anak-anak yang lain belum pulang sekolah. Aku langsung masuk ke dalam kamar dan mengambil celana pendek di dalam lemari. Aku tidak segera memakai celana. Aku pandangi bekas luka dipahaku. Kemudian aku mengalihkan pandangan ke tititku. Aku masih merasa sedih jika ingat kejadian yang aku alami dulu. Pikirku aku mungkin lebih baik jika ikut mati saja dulu waktu kecelakaan mobil. Atau mungkin lebih baik lagi jika aku tidak pernah dilahirkan. Aku kembali menangis sampai akhirnya tertidur.



Thursday, May 25, 2023

Reco Kembar: Kolam Renang Ajaib di Cowek Purwodadi

Jika ke Malang melalui rute utara, yaitu lewat Gempol - Pandaan maka penulis sarankan untuk mampir di sini dulu. Lokasinya cukup mudah dijangkau walaupun jalan lumayan kecil jika anda menggunakan mobil. Reco Kembar adalah sebuah kolam renang yang dibuat di lokasi bekas penambangan yang menyisakan dua buah batu besar yang berdekatan. Di batu tersebut kelihatannya terdapat mata air alami yang dapat digunakan untuk mengisi air kolam renang. Menurut pengamatan penulis tidak terdapat sumber air buatan di kolam renang itu. Airnya juga tidak beraroma kaporit sehingga dapat disimpulkan jika airnya memang berasal dari sumber air alami yang terus menerus mengalir.






Unutk menuju ke lokasi anda melalui jalan utama pandaan malang, kemudian setelah sampai di sebelah selatan kebun Raya Purwodadi belok kiri ke arah nongkojajal. Kurang dari satu kilometer kemudian masuk ke gang kecil ke arah kanan. Lebih tepatnya bisa dicari di google maps saja. Lokasi nya berada di sebelah kiri jalan dan mungkin tidak terlalu terlihat.


Tuesday, May 23, 2023

[fiksi] Boneka Kucing


Sebelas tahun sungguh terasa sangat cepat. Aku masih betul-betul ingat ketika kamu lahir. Kelahiranmu adalah salah satu dari sekian banyak keinginanku yang tercapai. Sejak kecil aku punya banyak keinginan mulai bisa naik sepeda, bisa naik motor, bisa buat program, bisa beli mobil, beli rumah, sampai bisa punya anak laki-laki. Memang hampir semua keinginanku bisa tercapai dengan cukup mudah, karena aku selalu bekerja dan berusaha seperti yang aku suka. Akan tetapi kelahiranmu adalah keinginan yang dalam prediksiku tidaklah mudah tercapai. Aku dilahirkan sebagai anak hipospadia, walaupun tidak parah tapi itu sangat mempengaruhi kemampuanku dalam proses reproduksi. Masalah itu juga banyak mempengaruhi jalan hidupku sehingga semuanya menjadi sedikit terlambat. Ibumu juga sudah tidak muda lagi pada saat itu sehingga bisa dikatakan kamu adalah harapan yang terakhir.


Sebelas tahun lalu kamu lahir sebagai bayi kulitnya kemerahan. Hidungmu tidak terlalu mancung, matamu sipit dan rambutmu sangat tipis. Bulan-bulan awal kamu terlihat begitu sehat. Dua tahun kamu sudah lancar berbicara. Memang kamu sungguh cerdas sehingga bisa dengan mudah belajar membaca. Tapi entah kenapa susah diajari menulis, mungkin karena sudah terbiasa menggunakan keyboard sebelum bisa menulis. Tahun-tahun awal sekolah di SD prestasimu memang sulit dipercaya. Semua pelajaran bisa dengan mudah dikuasai walaupun kamu tidak pernah belajar. Memang aku tidak pernah menyuruh kamu belajar karena aku takut masa kecil kamu yang seharusnya untuk bermain sesukamu jadi hilang karena harus dipaksa melakukan hal yang sesuai kehendak orang dewasa. Lagi pula pikirku, tanpa belajar pun kamu sudah dengan mudah menguasai pelajaran disekolah. Untuk masalah kemampuan di sekolah, tidak bisa dipungkiri Kamu memang sangat membanggakan.


Tahun demi tahun terus berlalu. Tak terasa kamu sudah naik kelas lima. Cicilan rumah yang kamu tinggali juga sudah lunas. Si ayam jago yang dulu buat bonceng kamu di depan juga sudah jadi motor antik. Kamu yang dulu bisa aku gendong sekarang aku sudah tidak kuat menggendongmu lagi. Jika dulu tiap sore aku selalu memandikanmu sekarang Kamu sudah tidak mau dimandikan lagi. Jika dulu Kamu selalu aku temani tidur tiap malam, sekarang Kamu sudah berani tidur sendiri. Singkatnya semuanya dengan cepatnya berubah karena waktu.


Beberapa bulan terakhir kamu mulai berperilaku aneh. Aku sangat kaget ketika waktu mau liburan akhir tahun kemarin kamu tiba-tiba batalkan rencana khitan, padahal semuanya sudah aku siapkan termasuk memberi tau ke orang-orang. Kamu beri aku alasan karena jika sudah khitan maka sudah kena dosa, misal nggak sholat dosa, pipis sembarangan dosa, mandi telanjang juga dosa. Waktu itu aku menganggap alasanmu mengada-ada saja. Aku berpikir kamu cuma belum benar-benar berani untuk dikhitan sehingga membuat-buat alasan agar ditunda. Waktu itu aku tidak mau memaksa kamu, karena dulu aku juga khitannya sudah SMP. Sejak beberapa bulan kemarin Kamu tiba-tiba tidak mau tidur sendiri. Tiap tidur selalu minta aku temani padahal sejak kelas dua dulu kamu sudah punya kamar sendiri dan tidur sendiri. Tiap sore Kamu tidak mau mandi sampai aku pulang dan minta aku mandikan seperti anak kecil lagi. Aneh lagi setiap aku libur kerja, aku selalu kamu ajak main, entah ke alun-alun, ke kolam renang, main drone, main mobil-mobilan, atau yang lain-lain. Jika aku menolak pasti Kamu merengek parah seperti anak kecil sehingga aku jadi tidak tega untuk menolak permintaanmu. Setiap main bersamaku kamu selalu minta difoto dan divideo padahal sebelumnya kamu susah banget kalau disuruh foto. Kata istriku kamu juga jadi manjanya setengah mati. Katanya kalau makan minta disuapi. Aku sangat heran karena beberapa bulan terakhir Kamu benar-benar berperilaku separti anak kecil lagi.


Liburan kenaikan kelas kemarin sekolahmu merencanakan piknik bersama untuk anak-anak kelas lima dengan tujuan ke malang, jawa timur. Beberapa hari sebelum berangkat aku terheran-heran karena Kamu jadi sangat bahagia sekali. Entah apa yang ada dalam pikiranmu, tiap malam sebelum tidur pasti kamu bercerita tentang taman bermain, tentang kolam renang sambil mengobrak-abrik lemari pakaian, bingung mau pilih pakai baju yang mana. Sejak Kamu kecil kamu tidak pernah berperilaku seperti itu. Biasanya kalau mau pergi pakai baju juga asal dan tidak pernah milih. Aku juga melihat kamu sangat ceria tidak seperti biasanya. Aku mulai berpikiran ada sesuatu dengan kamu. Waktu berangkat aku yang mengantarkan kamu. Malam itu aku juga menunggu sampai bus yang kamu tumpangi mulai berjalan. Aku lihat begitu bahagianya kamu ketika melambaikan tangan dari dalam kendaraan besar itu. Besok harinya banyak foto-foto kamu sampai di hpku, mulai dari foto di dalam bus, diparkiran, dikebun binatang, sampai foto telanjang di kolam renang. Aku jadi heran kenapa kamu bisa seperti anak kecil lagi, sampai-sampai tidak malu telanjang di kolam renang bersama teman-teman kamu. Padahal di dalam fotomu kolam renangnya juga ramai banyak orang yang mungkin dari rombongan yang lain. 


Malam hari sebelum tidur aku menerima foto-foto kamu lagi. Foto terakhir yang aku terima Kamu sedang berpose di depan bus sambil membawa boneka kucing yang baru kamu beli. Bersama foto itu Kamu menulis pesan agar aku menyimpan boneka kucing itu untuk kenang-kenangan. Beberapa saat kemudian aku menerima pesan dari Kamu isinya permintaan maaf jika Kamu melakukan kesalahan dan ucapan terima kasih karena sudah membesarkan kamu dengan baik. Aku sangat terkejut membaca pesan dari Kamu. Sepanjang hidupku kamu tidak pernah mengatakan seperti itu. Aku mulai berpikiran mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aku melihat satu persatu foto yang tadi kamu kirimkan. Entah kenapa aku jadi merasa iri pada kamu. Betapa bahagianya hidupmu, bisa menikmati masa kanak-kanakmu dengan gembira, bisa bermain sepuasnya tanpa beban pikiran. Aku kembali mengingat masa-masa dulu ketika dulu bapakku meninggal saat aku baru berusia tiga belas tahun. Aku kemudian berpikir, akankah aku bisa mengantarkanmu sampai kelak kamu dewasa di sisa-sisa umurku. Mungkinkah aku akan meninggalkanmu dua tahun lagi atau malah sebaliknya Kamu yang meninggalkanku lebih dulu. Aku tidak bisa menahan air mataku jika berpikir sampai situ. 


Bangun tidur aku mendapatkan info dari grup wa sekolah kalau salah satu bus terguling karena pecah ban. Katanya semuanya selamat dan anak-anak sudah dievakuasi ke rumah sakit. Aku sengaja tidak memberitahu istriku karena takut nanti malah panik. Aku berangkat kerja seperti biasa. Siang hari seperti biasa aku pulang. Waktu makan aku dapat telpon dari sekolah kalau kecelakaan tadi malam mengakibatkan satu korban jiwa yang meninggal di rumah sakit. Ternyata korban meninggal adalah kamu. Aku tidak menangis begitu juga istriku. Bedanya istriku sudah pingsan duluan sebelum menangis. Siang itu aku tidak kembali ke kantor. Sore harinya beberapa teman-teman kantor pada datang kerumah. Aku tidak banyak komentar ketika menanggapi teman-temanku.


Dua hari berlalu. Entah kenapa hari-hari rasanya sangat lambat. Dirumah aku cuma ditemani kakakku yang datang dari kemarin. Istriku diajak pergi ke rumah kakaknya karena di rumah sini dia sedikit-sedikit pingsan. Dari pagi hingga malam aku hanya di depan monitor mengumpulkan foto-foto. Foto-fotomu sangat banyak dari mulai Kamu bayi sampai sekarang. Sekarang aku ditemani boneka kucing yang Kamu bawa di foto terakhir kamu. Boneka kucing itu juga ikut dalam pemakananmu kemarin. Aku masih bingung besok harus berangkat ke kantor lagi atau tidak. Sekarang aku sudah tidak punya banyak keinginan lagi. Sekarang keinginanku tinggal satu. Aku ingin segera menyusul kamu.


Thursday, January 31, 2019

Umbul Brondong: Akhirnya Ketemu Juga

Nama umbul Brondong sebenarnya penulis sudah pernah dengar sekitar dua tiga tahun yang lalu. Saat itu, ketika mencari video tentang umbul Geneng entah kenapa muncul video anak-anak yang sedang bermain air di umbul Brondong. Waktu itu umbul Brondong masih berupa sumber mata air di tengah sawah yang belum dikelola sebagai tempat wista. Ketika itu juga penulis pernah mencari keberadaannya tetapi tidak ketemu memang karena letaknya yang di tengah sawah dan hanya ada jalan setapak di sebelah saluran air.

umbul brondong
umbul brondong

Memang letak umbul Brondong tidak jauh dari umbul Geneng. Tepatnya hanya beberapa ratus meter sebelah selatan umbul Geneng jika ditarik jalur lurus. Jika mengikuti jalan agak jauh ke selatan lalu tepat di samping sekolahan bubar masuk ke arah timur.

umbul brondong
umbul brondong

Sekarang di sebelah selatan umbul Brondong ada pembangunan kolam renang. Seperti apa bentuknya, penulis juga belum tahu. Kita tunggu saja kalo sudah jadi kesana lagi.


Saturday, November 24, 2018

Mungkin Lebih Baik jika Dijodohkan dari Kecil

perjodohan anak kecil (ilus
perjodohan anak kecil (ilustrasi)
Memang banyak yang menganggap tabu jika anak yang masih kecil sudah dijodohkan oleh orang tuanya. Apalagi bagi masyarakat Indonesia khususnya kaum yang dikatakan "milenial". Mungkin banyak yang menyamakan kasus perjodohan tersebut dengan cerita fiksi di novel terkenal dari daerah Sumatra Barat. Akan tetapi kasus yang terjadi di sini tidak sama bahkan bisa dikatakan berbeda 175 derajat. Pada cerita novel tersebut perjodohan dilakukan oleh orang tua karena terpaksa lantaran tidak mampu membayar hutang kepada saudagar kaya yang sebenarnya memang sudah dikondisikan oleh dia. Pada kasus ini berbeda karena perjodohan yang dimotori oleh orang tua memang dilakukan tanpa paksaan siapapun dan hanya bertujuan untuk mempermudah masa depan anak.

Kasus perjodohan ini juga berbeda dengan kasus pernikahan dini. Mungkin sebagian pembaca langsung teringat dengan kejadian beberapa waktu yang lalu dimana seorang yang kaya raya menikahi anak perempuan kelas enam SD yang merupakan muridnya sendiri. Pada bahasan ini yang terjadi sungguh berbeda karena kedua anak yang dijodohkan tidak benar-benar menikah pada usai belia, melainkan mereka berdua "disarankan" menikah besok ketika sudah dewasa, itu saja dengan catatan keduanya tidak berubah pikiran dalam arti suka sama wanita atau pria yang lain.

Di Indonesia pada saat tulisan ini ditulis angka kelahiran masih cukup tinggi, dengan kata lain masih banyak pasangan muda yang menikah dan punya anak. Akan tetapi angka tersebut akan cenderung turun dan tidak menutup kemungkinan bisa menyusul Jepang dalam beberapa ratus tahun kedepan. Kejadian tersebut bukan terjadi tanpa sebab. Banyak dari orang yang dikatakan dari generasi milenial tersebut punya cara pandang yang berbeda tentang pernikahan, walaupun sebenarnya cara pandang tersebut lebih tepat dikatakan sebagai keterpaksaan. Pada jaman dahulu kehidupan manusia masih sederhana. Mobilitas manusia masih dalam ruang yang sempit. Setiap keluarga yang punya sawah akan mengerjakan sawahnya sendiri, sedangkan yang tidak punya mungkin mengerjakan sawah milik orang kaya didesanya, mungkin juga berjualan barang atau jasa di kota tempat tinggalnya. Jika ada anak laki-laki yang mulai beranjak dewasa mereka pasti akan terpikat dengan gadis di dekat rumahnya kemudian berpacaran di sela-sela "pekerjaannya" yang mungkin masih bisa dikatakan masih sekedar membantu orang tua saja. Akhirnya mereka berdua menikah dan jadilah sebuah keluarga baru yang tinggalnya juga tidak jauh dari rumah orang tuanya. Ilustrasi diatas sangatlah berbeda dengan keadaan yang terjadi pada generasi yang dikatakan "milenial" tadi.

Ada sebuah keluarga yang tinggal di kota besar. Ayahnya seorang direktur di sebuah perusahaan swasta. Tiap hari dia pergi ke kantor, karena jalannya macet dia harus berangkat jam 4 pagi dan pulang jam 10 malam. Tiap beberapa hari sekali dia harus "keliling" cabang yang ada di kota-kota besar seluruh Indonesia. Ibunya bekerja sebagai seorang karyawati juga. Karena kantor ibunya cukup dekat maka di bisa berangkat naik motor jam 7 pagi pulang jam 6 sore. Keluarga tersebut hanya punya satu anak laki-laki. Dia sekolah dari SD, SMP sampai SMA dikota kelahiranya. Karena kedua orang tuanya ketakutan kalau anaknya salah pergaulan maka ibunya selalu menasehatinya tiap malam. Salah satu poin nasehat yang diberikan adalah tidak boleh pacaran kalau belum bekerja. Karena anaknya adalah anak yang penurut maka semua nasehat ibunya dia lakukan dengan baik. Setelah lulus SMA dia kuliah di luar kota. Walaupun sudah jauh dari kedua orangtuanya, sebagai anak yang baik dia masih selalu memegang teguh nasihat-nasihat orangtuanya dulu, termasuk tidak berpacaran sebelum bekerja. Empat tahun kuliah akhirnya dia wisuda juga. Karena memang dasarnya anak pandai dia pun dengan mudah bisa diterima bekerja di sebuah perusahaan dekat kampusnya dengan gaji yang cukup banyak. Karena dia juga anak yang rajin maka pekerjaan barunya dia lakukan dengan baik, hampir tidak pernah ambil cuti tapi malah banyak lembur. Setelah lima tahun bekerja ibunya pensiun dan ingin sekali puynya cucu. Sekarang ibunya tiap malam selalu menelponnya. Sekarang nasehatnya ganti menyuruh anaknya mencari pacar dan segera menikah. Sebagai anak yang baik dia ingin melaksanakan nasehat orang tuanya tapi disatu sisi dia tidak punya banyak tenaga dan waktu untuk melakukannya. Akhirnya ibunya turun tangan dan mencarikan jodoh buat anaknya. Sewaktu pulang dia dikenalkan dengan anak dari kenalan ibunya, tapi perkenalan itu tidak ada kelanjutannya. Parahnya hubungan ibunya dengan kenalan yang anaknya mau dijodohkan tersebut jadi retak karena dikira hanya memberi harapan palsu saja. Hal tersebut tidaklah terjadi karena keinginan anak yang dijodohkan tapi lebih karena keadaan yang memang tidak memungkinkan. Bayangkan saja sebagai anak laki-laki dia pasti tidak bisa asal menikah apalagi dengan perempuan yang baru dikenalnya. Jika ingin mengenalnya lebih jauh sebenarnya bisa saja dia pacaran lebih  dahulu, tapi dia harus menempuh jarak 250 km untuk berpacaran, itu saja dengan waktu yang sangat terbatas. Akibat tekanan terus-menerus dari ibunya, dia jadi frustasi. Produktifitasnya jadi menurun, dan parahnya lagi dia jadi trauma dengan wanita dewasa. Perlahan-lahan orientasi seksualnya bergeser ke anak-anak kecil.

Menurunnya angka kelahiran secara drastis di Jepang juga kemungkinan akan terjadi di Indonesia beberapa ratus tahun kedepan. Cerita ke dua mungkin akan semakin banyak terjadi di Indonesia pada tahun-tahun mendatang, sedangkan cerita pertama mungkin akan semakin sedikit terjadi. Sebenarnya kejadian yang ada di cerita kedua dapat diantisipasi jika orang tua sudah melakukan penjodohan anaknya dari kecil, walaupun mungkin tidak bisa terantisipasi seratus persen. Antisipasi mungkin bisa dilakukan misal orang tua menjodohkan anak laki lakinya yang masih berusian 10 tahun dengan anak perempuan usia 5 tahun dari keluarga yang sudah dikenalnya. Sebagian besar orang menganggap pernikahan terjadi karena cinta, tapi sebenarnya pernikahan itu terjadi karena komitmen. Untuk menkondisikan anak usia 10 tahun sama anak usia 5 tahun saling cinta sebenarnya lebih mudah dari pada untuk membuat keduanya komit saat dewasa nanti. Akan tetapi atas dasar kenangan semasa kecil komitmen akan jauh lebih mudah dilakukan.

Semakian tinggi tingkat peradaban manusia, kebutuhan tentang perencanaan akan semakin penting. Menjodohkan anak sejak kecil adalah salah satu perencanaan yang di masa depan akan sangat diperlukan. Jika sudah ada arah yang akan dituju maka anak akan lebih mudah. Orang tua mungkin harus "mendekatkan" keduanya sejak kecil dengan harapan anak perempuan akan punya kecenderungan mengikuti "calon suaminya". Misalnya, dalam memilih sekolah anak perempuan yang sudah didekatkan dengan "calon suaminya" sejak kecil punya kecenderungan memilih sekolah yang sama dengan "calon suaminya", apalagi jika dia merupakan anak tunggal yang tidak punya sosok kakak. Kejadian tersebut mungkin berlanjut sampai dia dewasa yang berarti secara tidak sengaja mendekatkan dia secara geografis dengan "calon suaminya" tersebut. Kedekatan secara geografis ditambah dengan kenangan semasa kecil diharapkan mempermudah keduanya berkomitmen menuju pernikahan kelak.

Saturday, January 6, 2018

Wisata Alam di Desa Ternadi, Dawe, Kudus

Liburan natal tahun lalu aku kebetulan pulang ke kota Kudus. Karena lumayan lama, maka aku jadi sempat jalan-jalan juga. Di sebelah utara kota Kudus terdapat pegunungan Muria yang sudah sangat terkenal dengan makan Sunan Muria nya. Ternyata sekarang pariwisata di pegunungan Muria berkembang lebih jauh tidak hanya wisata religi yaitu ziarah ke makam Sunan Muria saja. Akhir-akhir ini lagi nge-hit yaitu wisata alam di desa Ternadi. Desa Ternadi sendiri berada sebelah berat dari makam Sunan Muria. Letaknya dekat sebenarnya tapi cuma beda puncak saja.

Pada kesampatan ini aku mencoba kesana. Ada dua tempat yang aku kunjungi. Namanya sebenarnya tidak begitu jelas. Lokasi pertama berupa bukit yang jadi tempat foto-foto, Lokasi kedaua adalah gardu pandang yang berada di puncak Kakas yang di puncaknya ada makamnya.

Lokasi Pertama :

Sebenarnya lokasi pertama ini tidaklah terlalu tinggi tempatnya dilihat dari garis kontur yang ada di google maps. Ada dua jalan menuju ke sana, Pertama motor diparkir di depan Musholla dan kemudian berjalan kaki. Kedua ada jalan lain yang motor dapat sampai atas. Aku memilih membawa motor sampai atas. Ternyata harus melewati tanjakan yang jalannya dari tanah. Parah lagi di tengah tanjakan ada yang becek. Sebenarnya terlalu nekat karena motor yang aku bawa adalah honda CS1 yang bannya pakai ban semi slick medium compound! Setelah dicoba ternyata sampai tengah tanjakan roda belakang kehilangan traksi total dan mundur sampai bawah dan akhirnya harus didorong.

Lokasi yang ini lumayan sepi sampai-sampai tidak ada yang jualan sama sekali. Jika mau minum misalnya siap-siaplah bawa dari bawah. Pengunjung semuanya anak-anak muda yang kelihatannya dari daerah sekitar saja.

Berikut foto fotonya :

Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus

Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus

Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus

Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus
Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus


Lokasi Kedua :

Lokasi kedua berada di puncak yang lebih tinggi dari lokasi pertama. Jalan menuju ke sana lebih baik walaupun lebih tinggi tempatnya. Di bagian bawah ada juga tempat buat berkemah dan waktu aku kesana kebetulan ada anak-anak sekolah yang sedang berkemah di sana. Di bagian atas banyak juga penjual makanan dan ada banyak gubug-gubuk yang dibuat untuk tempat istirahat.

Pengunjung lebih banyak dan lebih variatif di sini. Pengunjung yang membawa mobil juga ada tapi harus diparkir di bawah dan jalan atau naik ojek ke atas.

Berikut foto fotonya :

Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus

Wisata Alam di Desa Ternadi, Bae, Kudus
screenshot dashboard gps

sumber : www.raharjo.info