Sebelas tahun sungguh terasa sangat cepat. Aku masih betul-betul ingat ketika kamu lahir Nak. Kelahiranmu adalah salah satu dari sekian banyak keinginanku yang tercapai. Sejak kecil aku punya banyak keinginan mulai bisa naik sepeda, bisa naik motor, bisa buat program, bisa beli mobil, beli rumah, sampai bisa punya anak laki-laki. Memang hampir semua keinginanku bisa tercapai dengan cukup mudah, karena aku selalu bekerja dan berusaha seperti yang aku suka. Akan tetapi kelahiranmu adalah keinginan yang dalam prediksiku tidaklah mudah tercapai. Aku dilahirkan sebagai anak hipospadia, walaupun tidak parah tapi itu sangat mempengaruhi kemampuanku dalam proses reproduksi. Masalah itu juga banyak mempengaruhi jalan hidupku sehingga semuanya menjadi sedikit terlambat. Ibumu juga sudah tidak muda lagi pada saat itu sehingga bisa dikatakan kamu adalah harapan yang terakhir.
Sebelas tahun lalu kamu lahir sebagai bayi kulitnya kemerahan. Hidungmu tidak terlalu mancung, matamu sipit dan rambutmu sangat tipis. Bulan-bulan awal kamu terlihat begitu sehat. Dua tahun kamu sudah lancar berbicara. Memang kamu sungguh cerdas sehingga bisa dengan mudah belajar membaca. Tapi entah kenapa sudah diajari menulis, mungkin karena sudah terbiasa menggunakan keyboard sebelum bisa menulis. Tahun-tahun awal sekolah di SD prestasimu memang sulit dipercaya. Semua pelajaran bisa dengan mudah dikuasai walaupun kamu tidak pernah belajar. Memang aku tidak pernah menyuruh kamu belajar karena aku takut masa kecil kamu yang seharusnya untuk bermain sesukamu jadi hilang karena harus dipaksa melakukan hal yang sesuai kehendak orang dewasa. Lagi pula pikirku, tanpa belajar pun kamu sudah dengan mudah menguasai pelajaran disekolah. Untuk masalah kemampuan di sekolah, tidak bisa dipungkiri Kamu memang sangat membanggakan.
Tahun demi tahun terus berlalu. Tak terasa kamu sudah naik kelas lima. Cicilan rumah yang kamu tinggali juga sudah lunas. Si ayam jago yang dulu buat bonceng kamu di depan juga sudah jadi motor antik. Kamu yang dulu bisa aku gendong sekarang aku sudah tidak kuat menggendongmu lagi. Jika dulu tiap sore aku selalu memandikanmu sekarang Kamu sudah tidak mau dimandikan lagi. Jika dulu Kamu selalu aku temani tidur tiap malam, sekarang Kamu sudah berani tidur sendiri. Singkatnya semuanya dengan cepatnya berubah karena waktu.
Beberapa bulan terakhir kamu mulai berperilaku aneh. Aku sangat kaget ketika waktu mau liburan akhir tahun kemarin kamu tiba-tiba batalkan rencana khitan, padahal semuanya sudah aku siapkan termasuk memberi tau ke orang-orang. Kamu beri aku alasan karena jika sudah khitan maka sudah kena dosa, misal nggak sholat dosa, pipis sembarangan dosa, mandi telanjang juga dosa. Waktu itu aku menganggap alasanmu mengada-ada saja. Aku berpikir kamu cuma belum benar-benar berani untuk dikhitan sehingga membuat-buat alasan agar ditunda. Waktu itu aku tidak mau memaksa kamu, karena dulu aku juga khitannya sudah SMP. Sejak beberapa bulan kemarin Kamu tiba-tiba tidak mau tidur sendiri. Tiap tidur selalu minta aku temani padahal sejak kelas dua dulu kamu sudah punya kamar sendiri dan tidur sendiri. Tiap sore Kamu tidak mau mandi sampai aku pulang dan minta aku mandikan seperti anak kecil lagi. Aneh lagi setiap aku libur kerja, aku selalu kamu ajak main, entah ke alun-alun, ke kolam renang, main drone, main mobil-mobilan, atau yang lain-lain. Jika aku menolak pasti Kamu merengek parah seperti anak kecil sehingga aku jadi tidak tega untuk menolak permintaanmu. Setiap main bersamaku kamu selalu minta difoto dan divideo padahal sebelumnya kamu susah banget kalau disuruh foto. Kata istriku kamu juga jadi manjanya setengah mati. Katanya kalau makan minta disuapi. Aku sangat heran karena beberapa bulan terakhir Kamu benar-benar berperilaku separti anak kecil lagi.
Liburan kenaikan kelas kemarin sekolahmu merencanakan piknik bersama untuk anak-anak kelas lima dengan tujuan ke malang, jawa timur. Beberapa hari sebelum berangkat aku terheran-heran karena Kamu jadi sangat bahagia sekali. Entah apa yang ada dalam pikiranmu, tiap malam sebelum tidur pasti kamu bercerita tentang taman bermain, tentang kolam renang sambil mengobrak-abrik lemari pakaian, bingung mau pilih pakai baju yang mana. Sejak Kamu kecil kamu tidak pernah berperilaku seperti itu. Biasanya kalau mau pergi pakai baju juga asal dan tidak pernah milih. Aku juga melihat kamu sangat ceria tidak seperti biasanya. Aku mulai berpikiran ada sesuatu dengan kamu Nak. Waktu berangkat aku yang mengantarkan kamu. Malam itu aku juga menunggu sampai bus yang kamu tumpangi mulai berjalan. Aku lihat begitu bahagianya kamu ketika melambaikan tangan dari dalam kendaraan besar itu. Besok harinya banyak foto-foto kamu sampai di hpku, dari foto didalam bus, diparkiran, dikebun binatang, sampai di kolam renang yang telanjang tidak pakai celana. Aku jadi heran kenapa kamu bisa seperti anak kecil lagi, sampai-sampai tidak malu telanjang di kolam renang bersama teman-teman kamu. Padahal di dalam fotomu kolam renangnya juga ramai barang orang yang mungkin dari rombongan yang lain.
Malam hari sebelum tidur aku menerima foto-foto kamu lagi. Foto terakhir yang aku terima Kamu sedang berpose di depan bus sambil membawa boneka kucing yang baru kamu beli. Bersama foto itu Kamu menulis pesan agar aku menyimpan boneka kucing itu untuk kenang-kenangan. Beberapa saat kemudian aku menerima pesan dari Kamu isinya permintaan maaf jika Kamu melakukan kesalahan dan ucapan terima kasih karena sudah membesarkan kamu dengan baik. Aku sangat terkejut membaca pesan dari Kamu Nak. Sepanjang hidupmu kamu tidak pernah mengatakan seperti itu. Aku mulai berpikiran mungkin akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aku melihat satu persatu foto yang tadi kamu kirimkan. Entah kenapa aku jadi merasa iri pada kamu Nak. Betapa bahagianya hidupmu Nak, bisa menikmati masa kanak-kanakmu dengan gembira, bisa bermain sepuasnya tanpa beban pikiran. Aku kembali mengingat masa-masa dulu ketika dulu bapakku meninggal saat aku baru berusia tiga belas tahun. Aku kemudian berpikir, akankah aku bisa mengantarkanmu sampai kelak kamu dewasa di sisa-sisa umurku. Mungkinkah aku akan meninggalkanmu dua tahun lagi atau malah sebaliknya Kamu yang meninggalkanku lebih dulu. Aku tidak bisa menahan air mataku jika berpikir sampai situ.
Bangun tidur aku mendapatkan info dari grup wa sekolah kalau salah satu bus terguling karena pecah ban. Katanya semuanya selamat dan anak-anak sudah dievakuasi ke rumah sakit. Aku sengaja tidak memberitahu istriku karena takut nanti malah panik. Aku berangkat kerja seperti biasa. Siang hari seperti biasa aku pulang. Waktu makan aku dapat telpon dari sekolah kalau kecelakaan tadi malam mengakibatkan satu korban jiwa yang meninggal di rumah sakit. Ternyata korban meninggal adalah kamu Nak. Aku tidak menangis begitu juga istriku. Bedanya istriku sudah pingsan duluan sebelum menangis. Siang itu aku tidak kembali ke kantor. Sore harinya beberapa teman-teman kantor pada datang kerumah. Aku tidak banyak komentar ketika menanggapi teman-temanku.
Dua hari berlalu. Entah kenapa hari-hari rasanya sangat lambat. Dirumah aku cuma ditemani kakakku yang datang dari kemarin. Istriku diajak pergi ke rumah kakaknya karena di rumah sini dia sedikit-sedikit pingsan. Dari pagi hingga malam aku hanya di depan monitor mengumpulkan foto-foto. Foto-fotomu sangat banyak dari mulai Kamu bayi sampai sekarang. Sekarang aku ditemani boneka kucing yang Kamu bawa di foto terakhir kamu. Boneka kucing itu juga ikut dalam pemakananmu kemarin. Aku masih bingung besok harus berangkat ke kantor lagi atau tidak. Sekarang aku sudah tidak punya banyak keinginan lagi. Sekarang keinginanku tinggal satu. Aku ingin segera menyusul kamu Nak.